[KEGIATAN MAHASISWA_KKN PAPUA PART 3] Itulah Papua, Rumah Indah bagi Umat Beragama

Oleh: Irwan Harjanto (Mahasiswa DPP 2013)

Papua itu religius. Hamparan gereja di setiap sudut perkampungan di Kabupaten Keerom menandakan ritus keagamaan adalah hal yang dekat dengan warga. Perjalanan saya mengunjungi Kabupaten Keerom selama 7 minggu untuk menjalani kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN), setidaknya sedikit dapat membantu kita memahami negeri di ujung timur Indonesia itu.

Komunitas keagamaan seperti gereja memiliki peran penting bagi solidaritas orang Papua. Contohnya dalam bidang pendidikan, banyak sekolah-sekolah yang diakomodir oleh gereja melalui yayasan mereka. Terletak berbatasan langsung dengan Papua Nugini, Keerom sebagai kabupaten pemekaran dari Kabupaten Jayapura juga merupakan tempat bagi orang-orang transmigran dari Jawa, Batak dan Bugis. Kalau boleh dibilang, masyarakat Keerom memiliki toleransi yang tinggi. Kondisi demikianlah yang secara tidak langsung memunculkan hubungan harmonis satu sama lain. Para transmigran yang sebagian besar berasal dari Jawa dan beragama Muslim, begitu akur hidup berdampingan dengan orang asli Papua yang beragama Nasrani. Di kabupaten Keerom juga ada kelompok masyarakat Hindu dan ada beberapa Pura disana. Saat ada perayaan hari raya, baik Muslim, Hindu maupun Nasrani saling bergantian bersilaturahmi merayakan momen-momen keagamaan tersebut.

Religiusitas juga tercermin dari aktivitas sehari-hari. Beberapa kali saya mengikuti kegiatan masyarakat Keerom, tak lupa mereka selalu membuka dan menutup kegiatan dengan ritus berdoa kepada Tuhan. Doa pun selalu disesuaikan dengan siapa yang sedang memimpin doa. Jika yang memimpin adalah seorang Kristiani, maka doa dipimpin secara Kristiani, begitu pun sebaliknya.

 “Mari kita berdoa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan doa akan saya pimpin secara Kristiani, yang beragama selain Kristiani bisa menyesuaikan, semoga Tuhan memberkahi,” kalimat tersebut adalah sepenggal doa yang sering digunakan ketika seorang Kristiani yang memimpin.

Kabupaten Keerom sendiri memiliki Forum Kerukunan Antar Umat Beragama (FKAUB). Mereka berperan sebagai mediator jika ada masalah yang berhubungan dengan lintas agama. FKAUB juga sering mengadakan forum silaturahmi dan acara-acara lintas agama.

Masyarakat Keerom saya kira sudah cukup baik membangun hubungan yang deliberatif dengan bermacam latar belakang yang berbeda. Mereka telah fasih mempraktikkan konsepsi “Get Up and Get There.” Hal tersebut tidak lepas dari peran gereja dan lembaga keagamaan lainnya. Bagi orang Papua misalnya, gereja adalah simbol penyatu, pengobat hati dan penyuci jiwa. Gereja adalah pencerah bagi mereka yang selama ini tidak tersentuh oleh pelayanan publik pemerintah. Dengan kelembutan dan perhatian yang cukup besar kepada warga, agama menjadi elemen paling cair yang mudah diterima masyarakat.

#DPPUGM #KKNPPMUGM2016⁠⁠⁠⁠

*Foto Dokumentasi oleh Tim KKN-PPM UGM 2016 (Kabupaten Keerom, Papua)*